Pages

Jumat, 05 Agustus 2016

Move On

Saya adalah tipe orang yang setia, cie...
Ketika sudah berjanji atau berkomitmen maka saya berusaha sebisa mungkin untuk menepatinya, untuk pertama kali saya bingung disuruh pindah bekerja oleh orang tua. Benar-benar sangat bingung karena saya sudah bekerja di Pesantren Tahfidz Sekolah Daarul Qur'an Indonesia tepatnya SMA Daarul Qur'an Bandung selama dua tahun, sudah sangat kenal dan sayang dengan semua orang yang bekerja dan belajar disana serta sudah betah. Orang tua menyuruh saya pindah karena jarak tempuh antara rumah dan sekolah sekitar 12 Km (total bulak balik 24 Km yang selalu saya tempuh setiap hari), titik kemacetan yang begitu banyak sehingga emosi saya mudah terpancing, insentif yang tidak sesuai dengan amanah yang diemban (maklum namanya juga sekolah dalam masa pembangunan). 
Ketika sekolah tersebut pindah tempat yang asalnya dari daerah Dago ke Ujung Berung pun sempat disuruh keluar namun bisa diatasi karena alhamdulillah saya yang asalnya menebeng ke teman sesama guru sekitar satu semester lalu akhirnya bisa mengendarai motor sendiri dengan tantangan membonceng ayah ke tempat bekerja. Berbeda dengan sekarang, sebenarnya ketika ingin bertahan solusinya adalah satu yaitu menikah dengan orang yang bekerja ditempat yang sama tetapi siapa, hufs jodoh tidak bisa dipaksa. Tapi memang setahun ini terasa lebih berat karena kepala sekolah mempercayai saya untuk menjadi bendahara sekolah, sehingga amanah saya yang asalnya menjadi guru TIK yang mengajar satu jam per kelas seminggu, operator sekolah yang selalu menginput data sekolah untuk dilaporkan ke dinas atau ikut kumpul di sekolah lain untuk menunjang pekerjaan operator, dan penjaga loker laptop (kata teman sesama guru seperti penjaga tas di swalayan hehe). Semenjak menjadi bendahara sekolah saya harus menginput data pengeluaran dan pemasukan sekolah setiap hari, menagih bon atau kembalian dari orang-orang yang menggunakan dana tersebut, menempel dan menulisi kwitansi setiap transaksi, dan pergi-pergian ke bank atau toko. Akhirnya dengan alasan berbakti kepada orang tua yang disertai berbagai macam pertimbangan orang tua dan pribadi, bismillah saya memutuskan untuk pindah ketika masa kontrak dua tahun itu berakhir.
Pada awalnya kepala sekolah tidak mau menandatangani surat pernyataan ketidak lanjutan saya bekerja,  sampai berkali-kali saya ditanya beliau "Ibu mau pindah ke sekolah yang seperti apa? kemana?". Hal itu sering membuat saya terdiam, bertambah bingung dengan keputusan yang akan saya ambil. Sebelumnya saya juga ditawari untuk menjadi wakil kepala sekolah bagian kurikulum karena guru yang sebelumnya menjabat keluar dengan alasan yang sama dengan saya, tapi saya menolak karena ada kemungkinan akan pindah. Sampai suatu ketika setelah saya beberapa hari izin untuk jadi pembimbing pesantren kilat (padahal tidak diberi izin cuti), pada saat masuk beliau tiba-tiba memanggil saya untuk menandatangani surat pernyataan tersebut. Dalam hati alhamdulillah beliau sudah mengiklaskan dan saya berjanji untuk menyelesaikan tugas-tugas yang belum sebelum saya pindah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar